Source: kratonjogja.id
Sungkeman adalah satu hal yang luram dilakukan oleh masyarakat Indonesia, khususnya dari suku Jawa, pada acara-acara tertentu. Misalnya saja pada hari raya Idul Fitri. Tradisi sungkeman inipun turut dilaksanakan di lingkungan Kraton Yogyakarta. Namanya adalah tradisi ngabekten.
Ngabekten atau sungkeman adalah tradisi yang dilakukan oleh Kraton Yogyakarta selama dua hari. Tradisi ini dilakukan di dalam wilayah kraton. Masing-masing hari ini tentunya akan diisi dengan berbagai agenda pelaksanaan tradisi.
Hari pertama tradisi ngabekten dilakukan oleh para kakung atau laki-laki. Beberapa kelompok yang termasuk kakung ialah abdi dalem pangkat bekel enom sampai pangeran sentana, pangeran, kerabat Sultan dari cucu sampai canggah laki-laki juga suami cucu sampai canggah perempuan, dan duda cucu sampai canggah perempuan Sultan yang belum kawin lagi. Pada hari pertama ini, ngabekten dilakukan di Bangsal dan Tratag Bangsal Kencana dengan waktu yang berbeda-beda setelak dilakukannya solat Idul Fitri.
Lalu, pada hari kedua ngabekten dilaksanakan untuk putri. Kelompok putri ini terdiri dari permaisuri, saudara perempuan dan anak perempuan Sultan uang beum kawin, janda Sultan yang belum kawin lagi, istri-istri pangeran, janda pangeran yang belum kawin lagi, abdi dalem keparak dari pangkat bekel enom sampai bupati anom, istri abdi dalem bupati, janda abdi dalem bupati yang belum kawin lagi, kerabat Sultan dari cucu sampai canggah perempuan, istri cucu sampai canggah laki-laki beserta janda terdahulu yang belum kawin lagi. Ngabekten hari kedua dilaksanakan di Tratag Bangsal Prabayeksa. Waktu mulainya acara ini adalah pukul 9 pagi dengan jadwal yang berbeda tiap kelompoknya.
Busana bagi para peserta ngabekten ini harus sesuai dengan peraturan yang sudah ditentukan oleh kraton. Biasanya, antara laki-laki maupun perempuan akan memakai pakaian adat Jawa yang tertuang dalam "Pranatan Pasowanan/Parakan Ngabekten." Buku ini dibuat oleh Hageng Sriwandana Keraton Yogyakarta dan dibagikan sejak sebulan sebelum acara dimulai.
Tradisi ngabekten atau sungkeman ini masih terjaga kelestariannya. Meskipun tidak akan selalu sama setiap tahun, usaha untuk menjaganya masih tumbuh dengan baik. Tradisi ini selalu mengalami perubahan seiring perkembangan zaman. Namun, esensinya tidak ada yang berbeda.
Reference: kebudayaan.kemdikbud.go.id