Star Glam Jogja :

Tugu Jogja, Bukan Hanya Simbol Kota Semata

#

Source: unsplash.com/@jauzax


Ketika melancong ke Yogyakarta, Anda pasti melewati ikon kota yang satu ini. Adalah Tugu Jogja, sebuah tugu berukuran besar yang berada di jantung Yogyakarta. Bahkan, penyematan nama Jogja sebagai Kota Tugu berasal dari ikon kota yang satu ini.


Tugu ini memiliki warna putih dengan ornamen Jawa yang begitu kental terasa. Hal ini membuat banyak masyarakat yang menyebut tugu ini dengan sebutan Pal Putih, karena memang sejak zaman awal mula pembuatannya tugu ini berwarna putih gading. 


Tak hanya sebagai ikon kota saja, Yogyakarta pun ternyata memiliki filosofis dan segudang hal magis di belakangnya. Pertama dibangun pada tahun 1755 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I, Tugu Jogja dibangun tepat di tengah garis imajiner antara Gunung Merapi, Laut Selatan, Panggung Krapyak, dan Keraton Ngayogyakarta. Keberadaan tugu ini dijadikan sebagai patokan arah ketika Sri Sultan Hamengkubuwono I melakukan meditasi pada saat itu.


Tugu ini pun mengandung makna filosofis yang begitu melekat terasa. Pada mula pembangunannya, tugu ini digambarkan secara tegas sebagai simbol besarnya semangat persatuan antara rakyat dan penguasa dalam melawan para penjajah. Semangat persatuan tersebut disebut dinamakan golong gilig, karenanya Tugu Jogja yang satu ini pun kerap kali disebut dengan Tugu Golong Gilig.


Berasal dari dua kata yakni golong yang berarti bulat merupakan bentuk dari puncak tugu ini pada mulanya. Ada pula gilig atau silinder yang merupakan visualisasi bentuk dari tiangnya. Pada dasar tugu ini, dulunya dibatasi oleh pagar yang melingkar. Bahkan tinggi tugu ini mencapai ketinggian 25 meter. Begitu menjulang bukan?


Source: Pinterest


Hanya saja ketika terjadi gempa besar yang mengguncang Jogja pada tahun 1876 silam, yang berimbas pada runtuhnya Tugu Jogja pada masa itu. Hal ini pun membuat pemerintah Belanda melakukan renovasi besar-besaran, yang sayangnya begitu merubah makna yang sebelumnya tertuang pada Tugu Golong Gilig.


Bentuknya diubah hebat dari tiang yang berbentuk silinder menjadi tiang berbentuk persegi dengan hiasan berbentuk prasasti dengan berisikan nama pihak-pihak yang melakukan renovasi tersebut. Puncaknya pun diganti dari sebelumnya bulat, kini menjadi kerucut runcing dengan ornamen khas Jawa. Dari sisi ketinggian, dulunya tugu yang begitu menjulang ini kini hanya menyisakan tinggi 15 meter saja.


Konon, renovasi besar-besaran yang dilakukan oleh Pemerintah Belanda tersebut memiliki maksud terselubung. Dengan mengubah secara habis-habisan filosofi dan makna mendalam bagi Tugu Golong Gilig, lalu mengganti namanya menjadi De White Paal yang berarti Tugu Putih agar mengikis persatuan antara rakyat dan pihak kerajaan. Sayangnya hal tersebut merupakan hal yang sia-sia, mengingat masyarakat pun tetap bersatu.


Kini, Tugu Jogja seolah menjadi destinasi wisata yang tak boleh dilewatkan saat mengunjungi Yogyakarta. Banyak wisatawan yang sengaja datang untuk mengabadikan momen lewat foto. Untuk memudahkan wisatawan, banyak pula berdiri hotel hingga tempat kuliner di sekitaran tugu ini. Jadi, jangan lewatkan Tugu Jogja saat melancong ke Jogja, ya!

COMMENTS: (0)

Post You May Like